Warga
Jakarta Alami Psikosomatis Di RSPM
MEDAN (Waspada): Nurzannah, 28, warga Jl. Jakarta
Selatan yang diduga korban penganiayaan mengalami psikosomatis atau gangguan fisik yang disebabkan gangguan psikis.
Nurzannah juga diduga mengalami gangguan kejiwaan. Pasalnya, saat ditemui di
Ruang Rawat Gabung RSU dr. Pirngadi Medan, Jumat (10/2) siang, dia seperti
ketakutan dan ucapannya ‘ngelantur’ saat ditanya.
Nurzannah mengaku dibawa ke Medan oleh orang yang
tidak dikenalnya untuk dijadikan pembantu rumah tangga. Namun, sampai di Medan
dia merasa tidak betah karena sering dimarahi dan dipukul oleh majikannya.
“Saya enggak betah, makanya saya lari dan ketemu tukang becak, lalu saya dibawa
ke sini,” katanya.
Namun, saat dikonfirmasi, pihak rumah sakit mengaku
Nurzannah diantar oleh seorang anggota DPRD Medan ke RSU dr. Pirngadi Medan.
“Dia ditemukan di Belawan dan langsung dibawa ke RSU dr. Pirngadi ini karena
mau bunuh diri, Minggu (5/2) kemarin. Dia mengalami gangguan kejiwaan dan ada
keluhan pada lambungnya. Nanti setelah sembuh, anggota dewan itu berjanji akan
membawanya pulang ke Jakarta,” kata Perawat boru Panjaitan.
Selain itu, Nurzanah juga mengira kalau rumah sakit yang
saat ini ditempatinya adalah panti asuhan. Mengenai biaya perawatannya, Humas
RSPM Edison Perangin-angin mengatakan, saat ini masih ditanggung oleh pihak
rumah sakit. “Nanti setelah sembuh kita kembalikan dengan yang membawa pasien
ke sini,” kata Edison singkat.
Sementara itu, Direktur Konsultan Psikolog Persona
Dra. Irna Minauli, M.Si menuturkan, psikosomatis
merupakan gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik. Dengan
kata lain, psikosomatis adalah
penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif seperti stress, ketakutan,
tekanan mental dan lainnya.
“Sehingga dampaknya muncul penyakit fisik seperti
maag, jantung, tekanan darah tinggi dan lainnya. Padahal, awalnya tidak
disertai dengan indikasi medis, namun karena sering stress, ketakutan dan
adanya tekanan mental tersebut, organ-organ tubuh itu jadi terganggu,” katanya.
Namun, lanjutnya, jika ucapannya sudah ‘ngawur atau ngelantur’
kemungkinan besar pasien sudah mengalami skizofrenia. “Jika bicaranya tidak
terorganisir, sudah ada halusinasi dan delusi (keyakinan yang salah-red),
kemungkinan dia mengalami skizofrenia,” katanya.
Ditambahkannya, pada beberapa kasus penganiayaan
berat, bisa menyebabkan terpecahnya kepribadian korban dan gangguan stress
pasca trauma. “Mereka sering diganggu mimpi buruk, ingatan yang berulang,
gangguan konsentrasi dan emosi, gangguan seperti inilah yang dialami mereka
yang mengalami kasus penganiayaan berat,” imbuh Irna. (h02)
No comments:
Post a Comment