Thursday, March 8, 2012

Psikosomatis


Warga Jakarta Alami Psikosomatis Di RSPM


MEDAN (Waspada): Nurzannah, 28, warga Jl. Jakarta Selatan yang diduga korban penganiayaan mengalami psikosomatis atau gangguan fisik yang disebabkan gangguan psikis. Nurzannah juga diduga mengalami gangguan kejiwaan. Pasalnya, saat ditemui di Ruang Rawat Gabung RSU dr. Pirngadi Medan, Jumat (10/2) siang, dia seperti ketakutan dan ucapannya ‘ngelantur’ saat ditanya.
Nurzannah mengaku dibawa ke Medan oleh orang yang tidak dikenalnya untuk dijadikan pembantu rumah tangga. Namun, sampai di Medan dia merasa tidak betah karena sering dimarahi dan dipukul oleh majikannya. “Saya enggak betah, makanya saya lari dan ketemu tukang becak, lalu saya dibawa ke sini,” katanya.
Namun, saat dikonfirmasi, pihak rumah sakit mengaku Nurzannah diantar oleh seorang anggota DPRD Medan ke RSU dr. Pirngadi Medan. “Dia ditemukan di Belawan dan langsung dibawa ke RSU dr. Pirngadi ini karena mau bunuh diri, Minggu (5/2) kemarin. Dia mengalami gangguan kejiwaan dan ada keluhan pada lambungnya. Nanti setelah sembuh, anggota dewan itu berjanji akan membawanya pulang ke Jakarta,” kata Perawat boru Panjaitan.
Selain itu, Nurzanah juga mengira kalau rumah sakit yang saat ini ditempatinya adalah panti asuhan. Mengenai biaya perawatannya, Humas RSPM Edison Perangin-angin mengatakan, saat ini masih ditanggung oleh pihak rumah sakit. “Nanti setelah sembuh kita kembalikan dengan yang membawa pasien ke sini,” kata Edison singkat.
Sementara itu, Direktur Konsultan Psikolog Persona Dra. Irna Minauli, M.Si menuturkan, psikosomatis merupakan gangguan psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik. Dengan kata lain, psikosomatis adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif seperti stress, ketakutan, tekanan mental dan lainnya.
“Sehingga dampaknya muncul penyakit fisik seperti maag, jantung, tekanan darah tinggi dan lainnya. Padahal, awalnya tidak disertai dengan indikasi medis, namun karena sering stress, ketakutan dan adanya tekanan mental tersebut, organ-organ tubuh itu jadi terganggu,” katanya.
Namun, lanjutnya, jika ucapannya sudah ‘ngawur atau ngelantur’ kemungkinan besar pasien sudah mengalami skizofrenia. “Jika bicaranya tidak terorganisir, sudah ada halusinasi dan delusi (keyakinan yang salah-red), kemungkinan dia mengalami skizofrenia,” katanya.
Ditambahkannya, pada beberapa kasus penganiayaan berat, bisa menyebabkan terpecahnya kepribadian korban dan gangguan stress pasca trauma. “Mereka sering diganggu mimpi buruk, ingatan yang berulang, gangguan konsentrasi dan emosi, gangguan seperti inilah yang dialami mereka yang mengalami kasus penganiayaan berat,” imbuh Irna. (h02)

No comments:

Post a Comment