Friday, March 9, 2012

Kesehatan


70 – 80 Persen Warga Medan
Mengalami Kerusakan Gigi

MEDAN (Waspada): Dalam kurun waktu Januari dan Februari 2012, tercatat sebanyak 1.580 pasien mendatangi Poliklinik Gigi RSU Dr. Pirngadi Medan dengan keluhan sakit gigi. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Medan memperkirakan, diperkirakan 70 sampai 80 persen dari jumlah penduduk Medan mengalami kerusakan gigi.

Menurut PDGI, kerusakan gigi ini paling banyak dialami warga Medan Utara. Selain disebabkan rendahnya tingkat kesadaran dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara memelihara kesehatan  gigi, faktor air dengan zat keasaman tinggi menjadi penyebab rusaknya gigi.
"Di Medan Utara paling banyak warga yang mengalami kerusakan gigi. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi. Mungkin juga ada faktor air dengan zat keasaman yang tinggi di kawasan Medan Utara ini," kata Ketua PDGI Cabang Medan drg. Iskandar Muda Siregar didampingi Wakil Ketua PDGI drg. Christian Andri Syahputra, Selasa (6/3).
Iskandar menjelaskan, faktor makanan yang dikonsumsi seperti makanan siap saji, mudah menempel pada gigi dan terlalu manis juga menjadi penyebab kerusakan pada gigi. Sisa makanan yang menempel pada gigi akan mengalami proses fermentasi. Bakteri yang tinggal di dalam mulut akan mencerna sisa makanan itu dan mengubahnya menjadi zat asam. Lama-kelamaan, zat asam itu akan mengikis lapisan lembut email pada gigi dan menimbulkan lubang pada gigi.
Umumnya, lanjut Iskandar, anak-anak maupun orang dewasa baru memeriksakan giginya ketika sudah mengalami gejala rasa sakit. Seharusnya, pemeriksaan kesehatan gigi dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali. “Jadi, jangan tunggu sakit atau tunggu berlubang,” tambahnya.
Dia mengakui pemahaman masyarakat soal memelihara kesehatan gigi masih rendah. "Banyak orang yang menyikat gigi sebelum sarapan. Seharusnya, sikat gigi dilakukan setelah sarapan. Jika, sikat gigi dulu baru sarapan, maka sisa makanan akan kembali menempel," jelasnya.
Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat juga dapat dinilai dari pengetahuan tentang gigi susu dan permanen. "Ada yang beranggapan gigi geraham yang tumbuh pada usia enam tahun itu, masih gigi susu dan bisa berganti. Padahal, gigi geraham yang tumbuh pada usia enam tahun itu, sudah permanen dan tidak bisa berganti lagi. Karenanya, anak-anak yang masih berusia tujuh tahun sudah banyak mengalami kerusakan pada gigi geraham,” ujarnya.
Karenanya, Iskandar mengingatkan masyarakat agar tidak menganggap enteng kerusakan pada gigi tersebut. Sebab, beberapa penyakit berbahaya seperti jantung, paru-paru, bayi lahir prematur serta lainnya bisa diawali dari masalah kebersihan gigi dan mulut.
“Kesehatan gigi juga berpengaruh terhadap janin yang dikandung ibu hamil. Karies gigi yang menjadi pintu masuk kuman akan menyebabkan terjadinya infeksi selaput ketuban. Akibatnya, ketuban pecah sebelum waktunya. Karena itu, seorang ibu hamil harus memeriksakan kesehatan giginya secara rutin,” kata Iskandar.
Sementara itu, Wakil Ketua PDGI drg. Christian Andri Syahputra menambahkan, guna meningkatkan kualitas pelayanan dokter gigi di Indonesia, PDGI Medan menyelenggarakan beragam seminar tentang perawatan gigi pada 27 Mei 2012 di Hotel JW Marriot, 30 Agustus – 1 September 2012 di Hotel JW Marriot dan 17 – 18 November 2012 di Hotel Santika Medan.
“Acara ini akan dihadiri 1.000 sampai 1.500 dokter gigi di Indonesia dan negara tetangga. Ini merupakan langkah kita untuk menjadi pusat pelayanan kesehatan gigi se Asia Tenggara,” katanya. (h02)

No comments:

Post a Comment