Leo Sempat Ucapkan Selamat Valentine
SUARA tangisan itu memecah ketika satu persatu
keluarga dari anggota Samapta Polda Sumut Briptu Leo Sitanggang, 26, warga
Tandem Binjai itu datang ke RS. Bhayangkara Jl. KH. Wahid Hasyim Medan, Selasa
(14/2) siang. Mereka berteriak histeris sembari berpelukan, karena tidak
menyangka Leo Sitanggang tewas ditangan rekannya sendiri.
“Tega kali kawannya itu. Si Leo ini polisi yang paling
baik, tidak ada musuh, tapi kenapa meninggalnya seperti ini. Kami sangat
kehilangan anak kami yang sangat baik ini,” kata Tantenya Maria, 41, warga T.
Morawa.
Kepergian Leo tidak meninggalkan pesan apapun, karena
tidak ada satupun keluarga yang memiliki firasat buruk pada hari itu. Meski
tidak ada pesan yang ditinggalkan, namun banyak kenangan yang mungkin tidak
bisa dilupakan keluarga atas perbuatan Leo.
“Semalam jam 23.00 dia sempat menelefon saya untuk
mengucapkan selamat valentine, dan saya sempat meminta pulsa kepadanya. Karena
hari udah malam, Leo berjanji besok pagi akan membeli pulsa, tapi dia sudah
meninggal duluan, dia orang yang paling mengerti dengan keluarga,” imbuh Maria
lagi
Sosok Leo begitu berharga bagi Maria. Sebab, ada satu
perbuatan Leo yang tidak bisa dia lupakan, yakni saat Leo membawanya ke rumah
sakit. “Satu ucapan dia yang enggak bisa saya lupa, waktu saya sakit Leo bilang
seperti ini, uang bisa Leo cari tante, tapi kalau nyawa tante hilang, dimana
Leo mencarinya,” ucapnya menirukan perkataan keponakannya itu sembari mengusap
air matanya.
Menurut Maria, Leo sosok orang yang paling
bertanggungjawab sama keluarga. Setiap gajian, dia memberi seluruh gajinya
untuk orang tuanya. “Tapi orangtuanya tidak mau menerima gajinya tersebut. Dia
paling bertanggungjawab sama keluarga. Dia baru saja membelikan sepeda motor
adiknya. Uang-uang kuliah adiknya juga sering dibayarnya,” terang Maria.
Mendengar kabar kematian Leo, orangtuanya Tiur boru
Sinaga dan David Sitanggang shock
berat. “Orang tuanya pingsan-pingsan, enggak sanggup dia ke-sini. Manalagi
kakaknya mau melahirkan, udah bingung orangtuanya ini.”
Sementara itu, Paman Korban Jonroi Sitanggang meminta
aparat kepolisian untuk mengungkap kasus tewasnya keponakannya itu. “Saya
mendapat kabar, Leo tewas tabrakan. Ternyata, dia meninggal ditembak oleh
kawannya. Saya enggak tahu pasti, kabarnya luka tembaknya dari dagu tembus ke
tempurung kepala.”
Ada Yang Salah Dalam Sistem
Sementara itu, kriminolog Nursariani Simatupang, SH,
MHum mengatakan, kejadian seperti ini bukan pertama kali terjadi di Medan.
Beberapa waktu lalu, seorang pegawai cleaning
service bank tertembak polisi akibat bermain-main dengan senjata api.
“Melihat banyaknya kasus seperti ini, pihak kepolisian
harus lebih selektif lagi memilih anggota polisi yang akan diberi senjata api.
Kalau menurut saya, ada yang salah dalam sistem pemberian senjata api ini,”
kata Nursariani.
Dia menganjurkan, bagi polisi yang memiliki ijin
menggunakan senjata api harus terus menerus atau secara kontinu di tes mental
dan psikologisnya. “Jika dalam pemeriksaan tidak pantas lagi memiliki senjata
api, maka harus ditarik, karena membahayakan orang lain, maupun dirinya
sendiri.”
Dia juga mengakui banyak para anggota polisi yang
tidak siap mental secara lahir dan bathin untuk menjadi penegak hukum, pengayom
masyarakat, maupun pelindung masyarakat. “Maka dalam perekrutan, untuk menjadi polisi
harus benar-benar diseleksi secara psikologis, mental dan morilnya,” imbuhnya.
Atas kasus ini, pihak keluarga Leo tidak mau tahu,
apakah Leo ditembak sengaja atau tertembak oleh rekannya. Namun yang pasti,
pihak keluarga berharap pihak kepolisian mengungkap tewasnya polisi berstatus
lajang tersebut. Usai diautopsi, jenazah Leo dibawa ke rumah duka Jl. Tandem
Binjai pukul 16.30 untuk disemayamkan.
Akhir Mei 2011 lalu, akibat keteledoran petugas Pam
Obvit Polresta Medan, seorang karyawan
kebersihan Bank BRI Medan Darmawan Muhammad, 31, warga Gg. Amal Tembung tewas.
Kini, peristiwa itu terulang kembali, akibat keteledoran lagi, nyawa rekannya
pun hilang. (h02)
No comments:
Post a Comment