Wednesday, March 14, 2012

Analisis Orang Awam


Hebohnya Mencari Orang yang Tepat Menduduki Sumut 1

SATU persatu, nama-nama calon gubernur Sumut periode 2013 – 2018 mulai mencuat. Bahkan, lembaga survei ‘jadi-jadian’ pun mulai bermunculan jelang pilkada ini. Entah benar entah tidak mereka melakukan survei, tapi yang pastinya mereka mengaku professional dan mengklaim independen.
Saat ini, bukan jadi rahasia umum lagi, jika sudah ada bakal calon Gubsu yang curi start untuk berkampanye dan mulai gencar-gencarnya turun ke masyarakat. Fakir miskin pun tiba-tiba mulai diperhatikan dan menjadi sasaran untuk menyalurkan bantuan. Sejumlah bakti sosial atau program yang menyentuh masyarakat menengah ke bawah pun dilakukan. Jangan-jangan, dukun pun mulai kebanjiran job saat ini.
Para tokoh agama, pendidikan, ormas dan OKP pun juga mulai latah memperbincangkan sosok orang yang pantas dan layak menjadi gubernur ini. Hasilnya, muncul sejumlah kriteria ‘pemimpin yang baik’ menurut mereka. Intinya, semua pada heboh mencari orang yang tepat menduduki Sumut 1.
Apapun yang dilakukan para calon, lembaga survei dan para tokoh-tokoh ini, semua diserahkan kepada masyarakat. Masyarakatlah yang menjadi penentu siapa yang berhak menjadi orang nomor satu di Sumut.
Namun ironisnya, kecenderungan penilaian masyarakat di seluruh Indonesia terhadap calon-calon yang selama ini terpilih masih berdasarkan uang. Akibatnya, banyak mereka yang terpilih dan menjadi kepala daerah di seluruh kab/kota se Indonesia saat ini belum tentu yang terbaik sesuai yang diharapkan masyarakat.
Inilah seharusnya yang dipikirkan para tokoh masyarakat, agama dan pendidikan itu. Yakni, merubah pemikiran masyarakat agar masyarakat yang kita cintai ini tidak lagi memilih pemimpin berdasarkan uang, tapi memilih pemimpin berdasarkan iman dan taqwa kepada Tuhan serta sikap dan perilakunya.

Memang tidak mudah mendidik masyarakat kita untuk berpolitik dengan benar ditengah kemiskinan yang mereka rasakan. Makanya, masyarakat kita kecenderungan siap menerima ‘serangan fajar’. Enggak terpikirkan lagi oleh mereka, siapa yang pantas dan layak menjadi gubernur. Yang terpikirkan mereka hanyalah cara memberi makan anak-anaknya esok hari. Akibatnya, pemikiran pragmatis dengan menerima uang untuk memilih salah satu calon pun terpaksa dilakukan.
Inilah tugas kita bersama,  memberikan pendidikan politik kepada masyarakat menengah ke bawah untuk menyiapkan mental mereka pada pemilu nanti. Memang sih banyak yang orang demonstrasi dan berteriak 'No Money Politics' saat jelang pilkada. Tapi, apa bisa dipastikan mereka yang berdemo itu anti politik uang? (Hanya Tuhan yang tahu)
Untuk itu, perlu kita ingat, kecenderungan para calon kepala daerah yang sudah mengeluarkan modal besar pada saat pemilihan, akan berusaha untuk membalikkan modalnya terlebih dulu dengan beragam cara. Makanya tak heran, saat ini gubernur, walikota dan sebagainya yang katanya pilihan rakyat itu banyak mendekam di penjara. Mudah-mudahan tidak ada lagi kepala daerah dan anggota dewan di Sumut menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Amin







Monday, March 12, 2012

BAYI Kembar Siam Dan Cacat


Bayi-Bayi Tidak Normal Selama Tahun 2009 Di RSUP H. Adam Malik Medan

BAYI-bayi yang terlahir dengan cacat fisik dan kembar siam selalu menjadi sorotan. Berdasarkan catatan Waspada 2009 lalu, ada empat bayi abnormal dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Belum diketahui pasti penyebab anak-anak yang terlahir dengan cacat fisik dan kembar siam ini, namun diyakini faktor gizi saat hamil menjadi pemicu utamanya. 
 Berawal dari tanggal 16 Januari 2009, RSUP HAM kedatangan bayi kembar siam dempet dada dan perut  (toraco abdominofagus) asal Medan. Bayi tersebut diberi nama Asni I dan Asni II. Bayi kembar ini merupakan putri pasangan Irwan dan Asni yang lahir melalui operasi caesar di RS Permata Bunda pada tanggal 15 Januari 2009. Namun, Sebelum dilakukan operasi pemisahan, bayi tersebut akhirnya meninggal pada hari Minggu (25/1) akibat kelainan jantung bawaan.





 18 Februari 2009 masuk lagi bayi banyak kelainan atau multiple congenital anomali. Bayi ini memiliki kelainan antara lain, bibir sumbing (Bilateral cleft lip/ labioschizis), jantungnya berada dikanan (dekstrokardia), kepalanya lebih kecil dari bayi normal (microcephalus), tanpa tulang hidung (atresia coana), tanpa mata kanan (an ocktarnia dekstra), dan kelaminnya tidak jelas (Ambigus gennetalia). Bayi ini malang ini adalah pasangan Jamil dan Risnawati, 34 warga Helvetia Medan. Bayi ini lahir pada hari Rabu, 18 Februari di Klinik Bandung Jl. Gatot Subroto Medan. Akibat gagal nafas, bayi tersebut akhirnya meninggal pada Minggu, 22 Februari.

 Dan pada hari Selasa (15/4) kemarin rumah sakit pemerintah ini menerima bayi berkaki empat dan bertangan empat asal Teluk Binjai Kec. Kualuh Kab. Labuhan Batu. Bayi ini adalah anak petani pasangan Husnul Marpaung, 46, dan Asnizar, 42. bayi ini diberi nama Rizki Sabila dan Rizka Sabila. Sampai saat ini kondisi bayi masih stabil. Pada sekitar perut bayi ini terdapat benjolan sebesar gumpalan tangan orang dewasa. Dan, di bagian selangkangan pahanya tumbuh 2 tangan dan 2 kaki lagi. Alhamdulillah, bayi ini sekarang berumur 2,5 tahun, dan tim dokter berhasil mengoperasi pengangkatan kaki dan tangan parasitnya. Kini dia sehat dan tumbuh menjadi gadis, hanya saja bentuk vaginanya masih belum dioperasi plastik. Mursal AI

Friday, March 9, 2012

Sosial


7.537 Warga Miskin Rentan Pernikahan Dini

MEDAN (Waspada): Dari 49.049 jiwa keluarga prasejahtera (warga miskin) di Medan, sekitar 7.537 di antaranya masuk dalam kelompok usia 16 sampai 21 tahun. Dalam lingkungan keluarga prasejahtera, kelompok umur ini dinilai sangat rentan melakukan pernikahan usia dini.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya pernikahan di usia muda pada keluarga prasejahtera ini. Mulai faktor pendidikan, ekonomi, lingkungan, serta adat istiadat yang dilakukan keluarga.
“Rendahnya tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pola pikir dalam memahami hakekat dan tujuan perkawinan. Selain itu, faktor ekonomi dan lingkungan tempat tinggal mereka juga bisa mempengaruhinya,” kata Kepala Bidang Advokasi Pergerakan dan Informasi (Adpin) BkkbN Sumut Anthony, S.Sos, Kamis (8/3).
Menurut Anthony, perkawinan usia muda bisa terjadi akibat pergaulan di lingkungan, adat istiadat yang memiliki kebiasaan menikahkan anak wanitanya serta masih adanya persepsi di masyarakat tentang usia perkawinan.
Kalau menurut BkkbN, idealnya perempuan menikah pada usia 20 tahun dan pria di usia 25 tahun. Pada usia ini, secara fisik dan mental sudah siap untuk menikah dan kesehatan reproduksinya sudah matang untuk berumah tangga," tambahnya.
            Banyak dampak negatif yang terjadi akibat nikah muda ini. Diantaranya mendatangkan masalah kependudukan di tahun mendatang. Sebab, semakin muda usia seorang wanita saat menikah pertama, maka masa reproduksi mereka akan lebih panjang. “Berarti, mereka berpotensi melahirkan anak lebih banyak. Ini jelas sangat berbahaya,” tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, nikah pada usia muda juga akan meningkatkan kasus perceraian, munculnya bayi gizi buruk, bertambahnya kemiskinan dan lainnya. Dalam hal ini, kata Anthony, BkkbN terus berupaya melakukan sosialisasi dan memberikan informasi kepada remaja tentang dampak nikah muda serta persiapan kehidupan yang ideal.
“Terbentuknya Pusat Informasi Konseling (PIK) remaja dapat memberi pengetahuan tentang kesehatan reproduksinya,” kata Anthony.
Direktur Konsultan Psikologi Persona Dra. Irna Minauli, M.Si berpendapat, secara statistik, mereka yang banyak melakukan pernikahan dini berasal dari kelompok sosial ekonomi bawah dan pendidikan rendah.
“Mereka tidak sempat melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi. Itulah sebabnya mereka kemudian mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik karena kurang keterampilan. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan ekonomi,” tuturnya.
Menurutnya, mereka yang menikah pada usia muda juga dinilai tidak memiliki kematangan secara emosional. “Orang yang dinyatakan matang secara emosional jika dia mampu menunda pemuasan dorongan, tidak hanya berorientasi pada diri sendiri, mempunyai kendali emosi yang baik. Mereka yang tidak matang secara emosional ini cenderung lebih mengedepankan dorongan dan kurang mampu menunda kesenangan,” jelasnya.
Dia menambahkan, mereka yang menikah muda sangat rentan mengalami perceraian. “Mereka beranggapan perkawinan itu sebagai suatu romantisme tanpa ujung. Padahal, ketika masa bulan madu berakhir, maka mereka mulai dihadapkan pada banyak masalah kehidupan. Mereka yang nikah muda kurang mampu berkomitmen dan sekedar bersenang-senang saja. Hal inilah yang membuat mereka rentan terhadap pernikahan,” ungkapnya.
Pernikahan membutuhkan komitmen untuk mempertahankan perkawinannya dan bersikap setia pada pasangannya. “Memiliki komitmen seperti itu merupakan unsur penting dalam perkawinan. Dengan komitmen ini pula, mereka mengembangkan tanggungjawab terhadap keluarga dan anak-anaknya,” demikian Irna. (h02)

Kesehatan


70 – 80 Persen Warga Medan
Mengalami Kerusakan Gigi

MEDAN (Waspada): Dalam kurun waktu Januari dan Februari 2012, tercatat sebanyak 1.580 pasien mendatangi Poliklinik Gigi RSU Dr. Pirngadi Medan dengan keluhan sakit gigi. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Medan memperkirakan, diperkirakan 70 sampai 80 persen dari jumlah penduduk Medan mengalami kerusakan gigi.

Menurut PDGI, kerusakan gigi ini paling banyak dialami warga Medan Utara. Selain disebabkan rendahnya tingkat kesadaran dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara memelihara kesehatan  gigi, faktor air dengan zat keasaman tinggi menjadi penyebab rusaknya gigi.
"Di Medan Utara paling banyak warga yang mengalami kerusakan gigi. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi. Mungkin juga ada faktor air dengan zat keasaman yang tinggi di kawasan Medan Utara ini," kata Ketua PDGI Cabang Medan drg. Iskandar Muda Siregar didampingi Wakil Ketua PDGI drg. Christian Andri Syahputra, Selasa (6/3).
Iskandar menjelaskan, faktor makanan yang dikonsumsi seperti makanan siap saji, mudah menempel pada gigi dan terlalu manis juga menjadi penyebab kerusakan pada gigi. Sisa makanan yang menempel pada gigi akan mengalami proses fermentasi. Bakteri yang tinggal di dalam mulut akan mencerna sisa makanan itu dan mengubahnya menjadi zat asam. Lama-kelamaan, zat asam itu akan mengikis lapisan lembut email pada gigi dan menimbulkan lubang pada gigi.
Umumnya, lanjut Iskandar, anak-anak maupun orang dewasa baru memeriksakan giginya ketika sudah mengalami gejala rasa sakit. Seharusnya, pemeriksaan kesehatan gigi dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali. “Jadi, jangan tunggu sakit atau tunggu berlubang,” tambahnya.
Dia mengakui pemahaman masyarakat soal memelihara kesehatan gigi masih rendah. "Banyak orang yang menyikat gigi sebelum sarapan. Seharusnya, sikat gigi dilakukan setelah sarapan. Jika, sikat gigi dulu baru sarapan, maka sisa makanan akan kembali menempel," jelasnya.
Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat juga dapat dinilai dari pengetahuan tentang gigi susu dan permanen. "Ada yang beranggapan gigi geraham yang tumbuh pada usia enam tahun itu, masih gigi susu dan bisa berganti. Padahal, gigi geraham yang tumbuh pada usia enam tahun itu, sudah permanen dan tidak bisa berganti lagi. Karenanya, anak-anak yang masih berusia tujuh tahun sudah banyak mengalami kerusakan pada gigi geraham,” ujarnya.
Karenanya, Iskandar mengingatkan masyarakat agar tidak menganggap enteng kerusakan pada gigi tersebut. Sebab, beberapa penyakit berbahaya seperti jantung, paru-paru, bayi lahir prematur serta lainnya bisa diawali dari masalah kebersihan gigi dan mulut.
“Kesehatan gigi juga berpengaruh terhadap janin yang dikandung ibu hamil. Karies gigi yang menjadi pintu masuk kuman akan menyebabkan terjadinya infeksi selaput ketuban. Akibatnya, ketuban pecah sebelum waktunya. Karena itu, seorang ibu hamil harus memeriksakan kesehatan giginya secara rutin,” kata Iskandar.
Sementara itu, Wakil Ketua PDGI drg. Christian Andri Syahputra menambahkan, guna meningkatkan kualitas pelayanan dokter gigi di Indonesia, PDGI Medan menyelenggarakan beragam seminar tentang perawatan gigi pada 27 Mei 2012 di Hotel JW Marriot, 30 Agustus – 1 September 2012 di Hotel JW Marriot dan 17 – 18 November 2012 di Hotel Santika Medan.
“Acara ini akan dihadiri 1.000 sampai 1.500 dokter gigi di Indonesia dan negara tetangga. Ini merupakan langkah kita untuk menjadi pusat pelayanan kesehatan gigi se Asia Tenggara,” katanya. (h02)

Thursday, March 8, 2012

Penyakit


Anak SD Seluruh Kab/kota Sumut Rentan Cacingan

MEDAN (Waspada): Anak tingkat sekolah dasar di semua kabupaten/kota di Sumatera Utara terutama di pedesaan sangat rentan mengalami cacingan. Untuk itu, kata Kepala Seksi Bimbingan dan Pengendalian P2P Dinkes Sumut Sukarni, diharapkan para orang tua dan siswa SD untuk memperhatikan dan menjaga kebersihan makanan dan lingkungan.
"Anak yang cacingan otomatis daya konsentrasi belajarnya menurun. Selain itu, orang yang mengalami cacingan, kebutuhan gizinya juga akan selalu kurang karena cacing di dalam tubuh terlebih dahulu menggerogotinya. Maka, perlu pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali," kata Sukarni, Selasa (21/2).
Tahun 2011 lalu, Dinas Kesehatan Sumut melakukan uji terhadap 1.358 siswa SD dari 14 kabupaten/kota di Sumut. Dari hasil yang diuji tersebut, 624 siswa diantaranya positif mengalami cacingan. “Tahun 2011 lalu, kita melakukan survei di 14 SDN di 14 kabupaten/kota. Hasilnya, 624 siswa mengalami cacingan,” terang Sukarni.
Dari 624 siswa yang positif cacingan, 381 diantaranya positif mengalami penyakit cacing gelang, 225 positif mengalami cacing kremi. “Sedangkan yang mengalami cacing tambang ditemukan sebanyak 18 orang,” jelasnya.
Adapun 14 kabupaten/kota yang dilakukan uji tersebut, lanjutnya, yakni Pematang Siantar, Tanjungbalai, Binjai, Padang Sidempuan, Deliserdang, Sergai, Langkat, Asahan, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Selatan, Labuhan Batu, dan Labuhan Batu Utara.
Menurut Sukarni, penyakit cacingan ini sangat bergantung kepada tingkat sanitasi dan perilaku seseorang. “Pada umumnya, memang terdapat pada anak sekolah dasar yang kurang memperhatikan kebersihannya. Itulah sebabnya mereka rentan cacingan. Apalagi penularan penyakit ini melalui tanah," ungkapnya.
Ditambahkannya, selain menurunkan tingkat konsentrasi belajar pada anak, penyakit ini dapat menyebabkan penderita mengalami lemah, letih, lesu, dan anemia.
“Cara pencegahannya yakni dengan menjaga kebersihan diri. Memotong dan membersihkan kuku, mencuci tangan dengan air sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar serta memakai alas kaki,” ungkapnya sembari mengatakan, tidak ada satupun dari kab/kota yang melaporkan kasus cacingan anak SD ini. (h02)

TNI


 
Ketika Prajurit TNI Hibur Warga Medan

SEKETIKA kerumunan warga di Lap. Cadika Jl. Karyawisata Medan bersorak ria dan bertepuk tangan saat satu persatu penerjun payung yang terdiri prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mendarat di lapangan tersebut, Minggu (26/2) pagi. Teriakan itu menjadi bukti bahwa masyarakat Medan kagum atas atraksi-atraksi dari anggota TNI tersebut.
Sekira pukul 7.30 atraksi terjun payung dimulai. Di atas ketinggian 2400 meter dari permukaan tanah para penerjun pun mulai dilepaskan dari pesawat secara bersamaan.  Warga yang sudah tak sabar menunggu dari tadi, harus rela menolehkan kepala keatas untuk beberapa menit agar bisa melihat moment-moment yang termasuk langka dilakukan di Medan ini.
“Belum tentu setahun sekali kita bisa melihat atraksi terjun payung ini secara langsung di Medan. Ini langka, dan atraksi-atraksi ini cukup menghibur warga, terutama bagi anak-anak,” kata salah seorang warga Medan Ahmad, 43, di Lapangan Cadika Medan.
Ketika para penerjun payung masih berada di udara, warga terlihat masih tertib dengan tidak melewati garis pembatas yang sudah ditentukan. Tapi, disaat penerjun mulai mendarat warga pun berlarian dan melanggar pembatas untuk mendekati para penerjun. Permintaan foto bareng dari masyarakat kepada penerjun pun dilakukan.
Hanya saja, banyak warga yang kecewa. Lantaran durasi terjun payung yang dilakukan cukup singkat. Menanggapi hal ini, Panglima Kostrad Letjen TNI. AY. Nasution mengatakan, daerah ini digunakan juga lintasan untuk penerbangan umum, sehingga waktu yang diberikan pihak Bandara Polonia kepada prajurit Kostrad sangat sedikit sekali.
“Hanya 20 – 30 menit saja waktu yang diberikan. Setelah itu tidak boleh lagi ada penerjun. Makanya jumlah penerjun yang diterjunkan hanya 36 prajurit saja,” kata AY Nasution. Awalnya, pendaratan para penerjun payung dilakukan di Stadion Teladan. Namun, kata AY Nasution, resiko pendaratan di Stadion Teladan cukup tinggi.  “Makanya kita pindah ke sini.”
Walikota Medan Rahudman Harahap yang juga ikut menyaksikan terjun payung tersebut mengatakan, Pemko Medan mengucapkan terimakasih atas terpilihnya kota Medan menjadi salah satu tempat latihan terjun payung Kostrad. “Alhamdulillah berjalan dengan baik dan tidak ada kendala. Latihan ini bentuk karya bakti Kostrad terhadap masyarakat Medan.”
Salah seorang penerjun payung dari Brigif Linud 17 Kostrad Rahman mengaku sudah 250 kali melakukan terjun payung ini. “Saat kita melayang diudara itu nikmat, tapi dukanya ketika saat mendarat nyangkut atau menabrak pohon. Saat mendarat adalah yang paling sulit, jika merasa tidak pas untuk mendarat bisa nyangkut di pohon. Kalau rasa takut, itu hal manusiawi tapi bisa diatasi sementara.”
Usai atraksi terjun payung, warga dikejutkan kembali suara tembakan dari senjata api laras panjang milik 35 Prajurit Raider 323 Kostrad dan Raider 100 Kodam I/BB. Seperti terjadi peperangan, tetapi ternyata hanya bagian dari atraksi menyelamatkan seoarang pejabat yang ditawan oleh separatis bersenjata.
“Dari momen ini membuktikan bahwa TNI sangat dekat dengan rakyat. Mudah-mudahan ini terjalin selamanya,” kata Yunan warga Medan Perjuangan yang datang bersama istri dan dua anaknya. Mursal AI

Bocah Penderita Tumor Mata


Sudah Lama Kehilangan Senyumnya

TANGISANNYA di IGD RSU dr. Pirngadi Medan Selasa (28/2) itu, menjadi pertanda bahwa sakitnya penderitaan yang dirasakan Rizki Alfiansyah, 2, warga Link VIII  Gg. Ratem Kel. Terjun Kec. Medan Marelan. Sejak tumor mata itu menyerangnya, Rizki sudah lama kehilangan senyumnya. Dia menjadi pemalu bertemu sama teman sebayanya. Bahkan, keceriaannya hilang dan kini berganti kesedihan.
Kesedihannya bertambah, tatkala kedua orangtuanya Ruslan, 26, dan Darmawanti, 28, tidak memiliki dana untuk membawanya ke rumah sakit. Kemiskinan lagi-lagi menjadi penyebab Rizki tidak mendapatkan perawatan medis sehingga bola mata sebelah kanannya sudah menonjol keluar.
“Saya hanya buruh bangunan, tidak memiliki penghasilan tetap. Kami tidak memiliki kartu Jamkesmas atau JPKMS. Makanya sejak dikatakan dia menderita tumor mata di RS. Mitra Medica, kami hanya membawanya berobat alternatif,” kata Ayah Rizki, Ruslan.
Pihak RS. Mitra Medica sebenarnya sudah berencana merujuk bocah malang ini ke RSUP H. Adam Malik Medan. Namun, Ruslan dan istrinya tidak berani membawanya lantaran masalah biaya. “Saya lebih memilih berobat alternatif daripada ke dokter. Tapi tidak ada perubahan, bahkan sejak 6 bulan terakhir ini matanya terus keluar,” terangnya.
Ruslan mengatakan, sejak lahir memang ada kelainan pada mata Rizki. Mata Rizki berkilau seperti mata kucing. “Tapi mulai kelihatan tumor matanya sejak setahun lalu, waktu dia baru bangun tidur, mata Rizki memerah. Saya pikir dia sakit mata, saya beri obat tetes mata. Namun tidak ada perubahan," imbuhnya.
Salah satu Dokter spesialis mata dr. Syaiful, Sp.M di Medan pernah mengungkapkan, kalau tumor mata atau retinoblastoma merupakan salah satu penyakit kanker pada mata yang paling sering dijumpai pada anak dan pada umumnya menyerang anak-anak yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah.
“Penyakit ini dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Mengenai kanker mata ini, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Lantaran, pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker itu,” jelasnya.
Menurutnya, anak-anak dinilai sangat sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. “Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi sedini mungkin. Skrining atau pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir atau usia 6 bulan,” katanya.
Dituturkannya, gejala awal retinoblastoma antara lain, mata berkilau seperti mata kucing. “Jika tidak ditangani segera, sel kanker di dalam bola mata akan terus tumbuh ke luar bola mata dan jaringan sekitarnya. Akibatnya mata tampak menonjol,” ungkapnya.
Dia mengaku banyak faktor pencetus munculnya kanker retinoblastoma ini, diantara adanya faktor keturunan, faktor gizi saat hamil, mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat berbahaya. “Kita tidak tahu pasi penyebabnya apa, tapi pencetusnya karena mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat karsinogen pencetus kanker,” terangnya.
 Apapun penyebab tumor mata itu, Ruslan tak lagi memikirkannya. Kini, Ruslan dan istrinya hanya berharap agar anak mereka dapat sembuh seperti anak anak normal lainnya. "Kalau ada dermawan yang mau membantu biaya perobatan Rizki, kami sangat bersyukur, alhamdulillah sekali. Kami hanya ingin melihat dia kembali tersenyum," kata Ruslan penuh harapan. Mursal AI

Polisi Tembak Polisi


Leo Sempat Ucapkan Selamat Valentine

SUARA tangisan itu memecah ketika satu persatu keluarga dari anggota Samapta Polda Sumut Briptu Leo Sitanggang, 26, warga Tandem Binjai itu datang ke RS. Bhayangkara Jl. KH. Wahid Hasyim Medan, Selasa (14/2) siang. Mereka berteriak histeris sembari berpelukan, karena tidak menyangka Leo Sitanggang tewas ditangan rekannya sendiri.
“Tega kali kawannya itu. Si Leo ini polisi yang paling baik, tidak ada musuh, tapi kenapa meninggalnya seperti ini. Kami sangat kehilangan anak kami yang sangat baik ini,” kata Tantenya Maria, 41, warga T. Morawa.
Kepergian Leo tidak meninggalkan pesan apapun, karena tidak ada satupun keluarga yang memiliki firasat buruk pada hari itu. Meski tidak ada pesan yang ditinggalkan, namun banyak kenangan yang mungkin tidak bisa dilupakan keluarga atas perbuatan Leo.
“Semalam jam 23.00 dia sempat menelefon saya untuk mengucapkan selamat valentine, dan saya sempat meminta pulsa kepadanya. Karena hari udah malam, Leo berjanji besok pagi akan membeli pulsa, tapi dia sudah meninggal duluan, dia orang yang paling mengerti dengan keluarga,” imbuh Maria lagi
Sosok Leo begitu berharga bagi Maria. Sebab, ada satu perbuatan Leo yang tidak bisa dia lupakan, yakni saat Leo membawanya ke rumah sakit. “Satu ucapan dia yang enggak bisa saya lupa, waktu saya sakit Leo bilang seperti ini, uang bisa Leo cari tante, tapi kalau nyawa tante hilang, dimana Leo mencarinya,” ucapnya menirukan perkataan keponakannya itu sembari mengusap air matanya.
Menurut Maria, Leo sosok orang yang paling bertanggungjawab sama keluarga. Setiap gajian, dia memberi seluruh gajinya untuk orang tuanya. “Tapi orangtuanya tidak mau menerima gajinya tersebut. Dia paling bertanggungjawab sama keluarga. Dia baru saja membelikan sepeda motor adiknya. Uang-uang kuliah adiknya juga sering dibayarnya,” terang Maria. 
Mendengar kabar kematian Leo, orangtuanya Tiur boru Sinaga dan David Sitanggang shock berat. “Orang tuanya pingsan-pingsan, enggak sanggup dia ke-sini. Manalagi kakaknya mau melahirkan, udah bingung orangtuanya ini.”
Sementara itu, Paman Korban Jonroi Sitanggang meminta aparat kepolisian untuk mengungkap kasus tewasnya keponakannya itu. “Saya mendapat kabar, Leo tewas tabrakan. Ternyata, dia meninggal ditembak oleh kawannya. Saya enggak tahu pasti, kabarnya luka tembaknya dari dagu tembus ke tempurung kepala.”
Ada Yang Salah Dalam Sistem
Sementara itu, kriminolog Nursariani Simatupang, SH, MHum mengatakan, kejadian seperti ini bukan pertama kali terjadi di Medan. Beberapa waktu lalu, seorang pegawai cleaning service bank tertembak polisi akibat bermain-main dengan senjata api.
“Melihat banyaknya kasus seperti ini, pihak kepolisian harus lebih selektif lagi memilih anggota polisi yang akan diberi senjata api. Kalau menurut saya, ada yang salah dalam sistem pemberian senjata api ini,” kata Nursariani.
Dia menganjurkan, bagi polisi yang memiliki ijin menggunakan senjata api harus terus menerus atau secara kontinu di tes mental dan psikologisnya. “Jika dalam pemeriksaan tidak pantas lagi memiliki senjata api, maka harus ditarik, karena membahayakan orang lain, maupun dirinya sendiri.”
Dia juga mengakui banyak para anggota polisi yang tidak siap mental secara lahir dan bathin untuk menjadi penegak hukum, pengayom masyarakat, maupun pelindung masyarakat. “Maka dalam perekrutan, untuk menjadi polisi harus benar-benar diseleksi secara psikologis, mental dan morilnya,” imbuhnya.
Atas kasus ini, pihak keluarga Leo tidak mau tahu, apakah Leo ditembak sengaja atau tertembak oleh rekannya. Namun yang pasti, pihak keluarga berharap pihak kepolisian mengungkap tewasnya polisi berstatus lajang tersebut. Usai diautopsi, jenazah Leo dibawa ke rumah duka Jl. Tandem Binjai pukul 16.30 untuk disemayamkan.
Akhir Mei 2011 lalu, akibat keteledoran petugas Pam Obvit Polresta Medan,  seorang karyawan kebersihan Bank BRI Medan Darmawan Muhammad, 31, warga Gg. Amal Tembung tewas. Kini, peristiwa itu terulang kembali, akibat keteledoran lagi, nyawa rekannya pun hilang. (h02)