Wednesday, September 5, 2012

Kesehatan



Kemiskinan Dan Ketidaktahuan Akar Masalah Gangguan Kesehatan Bayi/Balita



KEMISKINAN dan ketidaktahuan selalu menjadi pemicu utama munculnya gangguan-gangguan kesehatan pada bayi maupun balita. Beragam jenis gangguan kesehatan tersebut, mulai dari usus terburai/keluar dari perut atau disebut gastroschisis, gizi buruk, hydrocephalus (kepala membesar) hingga bocah tumor mata.
Selama penulis menyelusuri beberapa RS pemerintah (RSUP H. Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi Medan) di Kota Medan, bocah-bocah kurang beruntung dari segi ekonomi itulah yang banyak terbaring di bangsal. mereka membutuhkan bantuan juga perhatian pemerintah dan orang-orang yang lebih beruntung dari mereka.
Gastroschisis
 
Sepanjang 2012 saja, sedikitnya RSUP H. Adam Malik Medan merawat 6 bayi gastroschisis. Belum diketahui pasti penyebab kelainan ini, namun salah satu penyebabnya karena infeksi akibat virus dan kelainan pembuluh darah serta asupan gizi si ibu saat hamil, sehingga dinding perutnya tidak berkembang atau terbentuk di dalam kandungan. Bayi-bayi ini seluruhnya meninggal sebelum dan sesudah diberikan pelayanan.
Dokter selalu mengatakan, kalau bayi-bayi gastroschisis meninggal karena keadaan umumnya buruk. Pada bayi yang ususnya keluar sangat mudah terpapar oleh udara atau virus, sehingga usus tersebut rentan mengalami infeksi. “Saat dibawa ke rumah sakit hendaknya dibungkus oleh kantong plastik yang steril. Intinya, jika ditangani dengan benar maka bayi gastroschisis bisa diselamatkan,” kata dokter spesialis bedah syaraf dr. Mahyono, Sp.B, Sp.BA kepada penulis, bulan Februari kemarin.
Tumor Mata


Penyakit lainnya yang diderita adalah tumor mata. Tumor mata itu banyak merenggut keceriaan anak-anak, bahkan masa depan penderitanya. Akibat tumor mata ini juga, mereka harus kehilangan nyawanya meski sudah menjalani kemoteraphy.
Penyakit tumor mata atau retinoblastoma merupakan salah satu penyakit kanker pada mata yang paling sering dijumpai pada anak dan pada umumnya menyerang anak-anak yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah.
“Banyak faktor pencetus munculnya kanker retinoblastoma ini, diantara adanya faktor keturunan, faktor gizi saat hamil, mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat berbahaya,” kata Salah satu Dokter spesialis mata dr. Syaiful, Sp.M di Medan kepada penulis Februari kemarin.
Dokter tersebut menyarankan agar dilakukan skrining mata pada anak untuk mendeteksi sedini mungkin sel-sel tumor tersebut. Skrining atau pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir atau usia 6 bulan. “Gejala awal retinoblastoma antara lain, mata berkilau seperti mata kucing. Jika tidak ditangani segera, sel kanker di dalam bola mata akan terus tumbuh ke luar bola mata dan jaringan sekitarnya. Akibatnya mata tampak menonjol,” imbuhnya.
Gizi Buruk

Penyakit yang juga santer didengar adalah gizi buruk. Data di Dinas Kesehatan Sumut, sepanjang tahun 2011 lalu, sedikitnya 375 anak mengalami gizi buruk di wilayah Sumut. Kasus gizi buruk yang tertinggi berada di Nias. Badan tinggal tulang yang terbungkus kulit, raut wajah seperti wajah orang tua menjadi ciri khas anak gizi buruk ini.
Anehnya, masih banyak warga yang beranggapan gizi buruk yang dialami anak-anaknya karena darahnya dihisap palasik (makhluk gaib dari Minangkabau). Padahal, Ahli gizi dan nutrisi asal Medan Sairi M Saragih, DCN, MKes kepada penulis pernah bercerita panjang lebar tentang gizi buruk ini. Menurutnya, penyebab kurang gizi atau gizi buruk ada dua faktor, yakni kemiskinan dan kurangnya pengetahuan seorang ibu terhadap gizi anaknya. Itulah kenapa kemiskinan selalu berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
Kemiskinan dengan kesehatan, saling mempengaruhi. Kemiskinan masih menjadi penyebab utama masalah kesehatan, karena kemiskinan dapat mempengaruhi pola makan, sehingga kemiskinan menjadi pemicu menjadi anak gizi buruk. “Kurang gizi atau gizi buruk yang diderita seseorang tentu menimbulkan beragam penyakit, seperti infeksi pencernaan atau diare dan penyakit infeksi lainnya,” kata Sairi.
Masyarakat yang masuk dalam kategori miskin akan mempengaruhi pola makan sehat, asupan gizi yang masuk tentu tidak seimbang dengan aktifitasnya yang dikerjakannya. Makanya sangat rentan dengan kurang gizi atau gizi buruk.
Kepala Membesar

Penyakit yang terakhir yang disebabkan kemiskinan dan ketidaktahuan yang sering dijumpai penulis di RS adalah hydrocephalus atau kepala membesar. Anak-anak dengan penyakit hydrochepalus ini, pada awalnya sering mengalami demam tinggi atau step. Pada banyak kasus, para orang tua baru membawa anaknya ke petugas medis setelah lingkaran kepala anaknya tidak seperti bayi normal lainnya.
Jenis penyakit ini terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak dan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. Maka, penderita hydrocephalus ini tidak bisa berbicara dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya.
Penanganan hydrocephalus ini meliputi operasi pemasangan selang Ventriculo Peritoneal Shunt (VP Shunt) dari kepala sampai rongga perut. Selang tersebut berfungsi untuk menyalurkan cairan dari kepala ke rongga perut. Sehingga, memperlancar aliran cairan yang berlebih dan mengurangi tekanan ke otak.
Inilah sebagian kecil dampak dari kemiskinan dan ketidaktahuan orang tua tadi. Akibat kemiskinan, para orang tua sepertinya enggan membawa anaknya ke rumah sakit. Ditambah lagi rumitnya urusan birokrasi dan administrasi di rumah sakit. Apalagi masih adanya dana-dana yang harus dikeluarkan, karena tidak semua biaya ditanggung oleh pemilik kartu Jamkesmas dan jamkesda.
Selain itu, akibat ketidaktahuan, bocah-bocah itu seakan terlambat mendapat penanganan medis. Para orang tua lebih memilih membawa anaknya berobat ke dukun daripada petugas medis atau dokter. Ini berarti, Kemiskinan Dan Ketidaktahuan Akar Masalah Gangguan Kesehatan Bayi/Balita. Mursal AI

Sunday, May 13, 2012

PNS Bukan Impianku

Oleh Fika Andriani

Miris memang. Tapi inilah wajah Bangsaku. Setiap tahun hal inilah yang selalu dipuja dan dinanti. ‘Dia’ bagaikan surga yang slalu dirindukan umat yang mencintainya, yang haus akan kenikmatan, sehingga apabila dapat menyentuhnya mereka akan merasa manusia yang paling beruntung di dunia ini. Sekali lagi, miris memang.

Seperti anak ayam yang saling berdesakan, berebut serta tak jarang terjadi perkelahian dalam memperebutkan makanan yang ditaburkan oleh juragannya. Mungkin ini yang bisa aku gambarkan bagaimana reaksi saudara-saudaraku ketika formasi-formasi CPNS di Kota ku dibuka kembali.

Kenapa harus jadi CPNS? Apakah sudah menjadi tradisi di Negara ini saling berebut tempat-tempat yang sempit? Orang- orang lebih senang berbondong-bondong berebut kursi yang satu dari pada mencoba mencari kursi yang lain, yang pastinya lebih empuk lagi?

Aku heran, bukankah Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk Tuhan yang lainnya? Manusia diberi panca indra yang begitu langkap serta kemampuan berfikir yang super dahsyat agar dapat mendayagunakan kenikmatan yang ada disekitarnya. Jadi kenapa kita hanya menganggap menjadi PNS-lah satu- satunya pekerjaan yang utama?

“Jadi PNS tu enak. Kerjanya nyantai, eh! Gajinya besar. Belum lagi banyak uang masuknya,” kata Ibuku yang sedang getol- getolnya membujukku agar mau mendaftar menjadi CPNS.

“Mamak mau lah bayar berapapun kalau kau mau daftar Nak. Udah adanya yang nawarin mamak untuk jaminkan kau. Dia bilang pastilah kau lulus,” Ibuku semakin bersemangat.

“Alah Mak! Sayang kali uangnya,” jawabku menolak.

“Ih! Sayang pulak kau bilang. Kawan Mamak yang anaknya pegawai negeri itu bilang, cepat itu kembalinya,” Ibu kembali meyakinkan ku.

“Cepat kek mana nya? Berapalah gaji pegawai negeri Mak’e! yang mamak suruhnya aku korupsi disana?”

“Ya bukanlah. Pintar- pintar lah kau cari uang masuk.”

“Uang masuk macam mana? Sama saja tu namanya.”

“Ah…memanglah menjawab saja kerjamu, kau tau? Pasti terjamin masa tuamu kalau kau mau jadi PNS” Ibuku mulai kesal.

Bukan aku tak ingin membahagiakan Ibuku. Tapi taukah kau kawan, Aku pernah bersumpah demi kedua orang tuaku agar tak akan pernah aku mau menjadi PNS.
Tidaklah terlalu berlebihan jika aku sangat membenci profesi itu. Aku sering sakit hati dengan beberapa orang yang mengenakan seragam PNS tersebut.

Saat di sekolah dulu, seringnya aku dan teman-teman sekelas ditinggal begitu saja dengan catatan yang sangat banyak. Ketua kelas hanya mampu mengatakan ‘iya Bu” saat disuruh mencatat nama-nama temannya yang berani ribut di kelas. (padahal guru itu ngerumpi ntah dimana)

Sehingga nanti jika guru itu kembali lima menit sebelum bel berbunyi tanda berakhir pelajarannya, maka habislah murid- murid yang sedang asik mengoceh tertangkap basah oleh ketua kelas. Nama demi nama dipanggil. Tanpa basa-basi rol tipis kesayangannya pun dengan ramah menghampiri betis dan sentuhannya seketika menusuk jantung dan kemudian tembus ke ubun-ubun kami.

Nilai pun diambil berdasarkan catatan yang paling lengkap dan paling rapi. Dan kalau sudah begitu tamatlah riwayat murid-murid seperti ku yang jarang mencatatat dan tulisannya pun seperti cakar ayam. Hemmm,,,, itulah gelagat beberapa Guru di SMP negeri tempat ku bersekolah.

Belum lagi aku sering dibuat kesal dengan kelakuan beberapa pegawai di Perpustakaan Daerah di Kota ku. Mereka sering sekali ribut sambil menikmati makanan yang jika dikunyah akan menghasilkan bunyi yang begitu nyaring sehingga mengganggu konsentrasi orang yang sedang membaca di ruangan itu.

Ada lagi yang lebih membuatku jengkel. Kalau anak sekolah yang masih berseragam tidak boleh keluar masuk di Mall, mengapa PNS yang berkeliaran disana pada saat jam kerja diperbolehkan masuk? Bukannya mereka juga sama sedang membolos? Tidakkah mereka sadar bahwa mereka sudah korupsi? Walaupun hanya korupsi waktu. (memang tidak semua PNS seperti itu-red)
Kalau melihat ini, tidak heran Negeri ku miskin. Miskin ilmu, miskin akhlak dan pastinya miskin akan materi.

Ya tuhan, maafkanlah Ibuku yang sempat ingin berniat curang dengan rela menyediakan ratusan juta rupiah agar aku dapat terpilih menjadi salah satu dari mereka yang terpilih menjadi seseorang yang seharusnya mengabdi pada Negara.
Sekali lagi aku bersumpah, aku tidak pernah mau menjadi PNS. Aku bukanlah tipe orang yang bisa nyaman dengan apa yang aku dapat dengan cara yang tidak baik. Tidak akan aku pernah menikmati sesuatu yag aku dapat di tengah caci maki serta sumpah serapah dari mereka yang merasa terkhianati.

Aku ingin mengikuti jejak Ayah. Ayah yang dulunya hanya tukang kerupuk keliling, saat ini sudah menjadi juragan kerupuk dikampungku. Atas usahanya, Ayah bisa menyekolahkan Anak-anaknya hingga ke Perguruan Tinggi. Ia juga sudah menjadi salah satu pejuang Negara atas upayanya mengurangi pengangguran di Negara ini.
Jangan hanya mampu menjadi peserta lomba dalam memperebutkan suatu kursi. Namun beranilah bermimpi dalam mendapatkan kursi yang lain serta mampu menciptakan kursi- kursi lainnya untuk mereka.

11 Desember 2010

Monday, April 16, 2012

Kesehatan


Menanti Gebrakan Cardiac Center RSUP HAM

HAMPIR setiap harinya, ratusan pasien dengan keluhan sakit jantung mendatangi unit rawat jalan RSUP H. Adam Malik Medan. Mereka yang datang, kebanyakan mengalami sakit jantung koroner, penyakit yang diyakini akibat pola hidup tidak sehat. Padahal semua tahu, tanpa jantung tidak akan ada kehidupan.
Meski begitu, banyak dari kita yang tidak sayang dengan jantung. Contohnya, sejak kemajuan teknologi perilaku kita banyak berubah. Kemana saja, meski jarak tempuhnya dekat selalu saja menggunakan sepedamotor. Padahal, dengan berjalan kaki bisa membuat jantung lebih sehat.
“Ditambah lagi saat ini banyak warga kita mengkonsumsi makanan cepat saji dan banyak mengandung kolesterol, badan gemuk karena malas berolahraga. Makanya tidak heran lagi jika sudah kita temukan penderita jantung koroner di usia 31 tahun,” kata Kepala SMF Kardiologi RSUP HAM Prof. dr. Abdullah Afif Siregar, Sp.A (K), Sp.JP kepada Waspada, Selasa (20/3), kemarin.
Tiap tahun, Prof. Afif meyakini jumlah masyarakat penderita jantung koroner bertambah. Menurutnya, penyakit hipertensi dan jantung menempati urutan pertama jumlah penderitanya dibandingkan penyakit jenis lain. “Ibaratnya, jika ada 100 orang, maka 20 sampai 28 orang dipastikan menderita sakit jantung koroner,” tegasnya.

Cardiac Center
Ini yang menjadi latarbelakang sejumlah dokter spesialis jantung dan manajemen RSUP HAM merencanakan pembangunan gedung Cardiac Center. Gedung itu nantinya memberikan pelayanan kepada penderita jantung. Bahkan Cardiac Center ini, menjadi pusat rujukan untuk regional Sumatera. Tentu saja, penderita jantung sangat menunggu gebrakan dari Cardiac Center RSUP HAM tersebut.
“Melihat banyaknya kasus jantung inilah maka tahun 2009 kita rancang dan rencanakan untuk membangun Cardiac Center di RSUP HAM. Alhamdulillah, rencana baik kita disetujui oleh pusat. Itu semua kita lakukan demi untuk menjawab tuntutan dan kepentingan rakyat,” jelas Afif.
Afif menjelaskan, pada tahun 1994, RSUP HAM bekerjasama dengan RS. Jantung Harapan Kita, sudah memberikan pelayanan terhadap penderita jantung. Pada saat itu, sudah 50 pasien dilayani operasi jantung.
“Tahun 2002 sudah mulai terbentuk Departemen Kardiologi dan SMF Kardiologi di RSUP HAM. Hingga tahun 2012 ini, dipastikan gedung Cardiac Center ini sudah bisa memberikan pelayanan kepada penderita jantung,” ungkapnya.
Sudah Selesai
Kini, gedung Cardiac Center tersebut sudah selesai. Dalam gedung enam tingkat itu memiliki 103 ruang rawat inap VIP dan kelas, ruang Intesive Care Unit (ICU), Cardiovaskuler Care Unit (CVCU) dan Unit Gawat Darurat (UGD). Gedung itu juga memiliki laboratorium kateter sebanyak 3 kamar, elektrofisiologi  1 kamar dan kamar operasi sebanyak 2 kamar.
“Tahun ini direncanakan akan beroperasi. Nantinya, RSUP HAM menjadi pusat rujukan regional dan kita tetap bekerjasama dengan RS. Jantung Harapan Kita Jakarta. Sebab, kasus yang tingkat sulit, kita bisa datangi tenaga medis mereka ke sini,” jelas Afif.
2.000 Pasien Jantung/tahun Ditangani
Sementara itu, dokter spesialis Jantung RSUP HAM Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP (K) menuturkan, dokter ahli jantung RSUP HAM sudah melayani ribuan penderita jantung di Sumut dengan cara memasang balon tanpa operasi melalui pembuluh darah dibagian tangan maupun dibagian paha.
“Dan itu bisa langsung masuk ke pembuluh darah jantung, sehingga pembuluh darah yang sudah menyempit tadi bisa kembali dilebarkan. Kurang lebih ada 2000 pasien pertahunnya yang kita ambil tindakan pemasangan balon. Kalau perharinya kira-kira 10 sampai 15 orang yang ditangani,” jelasnya.
Sedangkan tindakan untuk bedah jantung dan pasca bedah jantung, lanjutnya, hanya dilakukan 2 hari dalam seminggu. “Kita memang batasi 2 hari saja dalam seminggu, sehingga perawatannya itu menjadi baik. Kita tidak memborong, tetapi kita berhati-hati agar hasilnya itu sempurna,” imbuhnya.

Namun, katanya, dengan adanya Gedung Cardiac Center ini, 21 dokter ahli bedah jantung dan ahli jantung di RSUP HAM bisa mengambil tindakan lebih banyak lagi untuk melakukan tindakan operasi bedah jantung, pasca bedah dan sebagainya.
“Kita akan menggunakan gedung Cardiac Center ini, sehingga akan melakukan  lebih banyak lagi tindakan operasi sampai 5 hari dalam seminggu,” ungkapnya sembari mengatakan, Departemen Kardiologi FK Universitas Indonesia mengakreditasi dan mengakui Departemen Kardiologi FK USU – RSUP HAM nomor dua di Indonesia.
Terkait jumlah penderita jantung di Sumut yang berobat keluar negeri, Sutomo Kasiman tidak mengetahuinya secara pasti. Tapi, lanjutnya, kami kepingin mengklaim bahwa RSUP HAM menjadi pusat pelayanan jantung untuk wilayah Barat Indonesia. “Pasien Jamkesmas dilayani di Cardiac Center ini,” katanya.
Agustus 2012 Beroperasi
Sementara itu, Direktur Utama RSUP HAM dr. Azwan Hakmi Lubis, Sp.A menuturkan, gedung Cardiac Center direncanakan akan dioperasikan Agustus 2012 ini. Sebelumnya, gedung ini belum dapat difungsikan karena Mecanical Electrical dan alat kesehatan bantuan Korea belum terealisasi.

“Namun, Alhamdulillah setelah penandatanganan kontrak Kamis (22/3) kemarin dilakukan, maka akan terealisasi. Pengoperasiannya gedung ini ditandai dengan masuknya alat-alat kesehatan yang didatangkan dari Korea,” katanya.
Menurutnya, dengan masuknya alat-alat kesehatan dari Korea ini, sudah memenuhi kebutuhan Cardiac Center untuk beroperasi. Pemerintah pusat juga sudah menetapkan RSUP. H Adam Malik Medan sebagai pusat regional wilayah Barat untuk pelayanan penyakit jantung.
“Sesuai dengan visi, kita akan meningkatkan mutu pelayanan. Rencananya, akan kita buka Agustus dan kita harapkan seluruh alat-alat kesehatan itu sudah masuk ke RSUP HAM tahun ini. Kita berharap, pasien jantung tidak lagi kemana-mana, karena kita sudah sediakan pelayanannya disini,” ujarnya.
Jumlah Dokter Spesialis Jantung Kurang
Diyakini, jumlah penderita jantung terus bertambah tiap tahunnya. Namun ironisnya, jumlah penderita tidak seimbang dengan jumlah dokter ahli jantung yang ada di Indonesia. Kepala SMF Kardiologi RSUP HAM Prof. dr. Abdullah Afif Siregar, Sp.A (K), Sp.JP kembali menerangkan, secara nasional jumlah dokter spesialis jantung sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah penderitanya.
“Kalau enggak salah saya, saat ini kita ada 400 dokter spesialis jantung di Indonesia. Sampai 2020 nanti mau ditingkatkan jumlahnya menjadi 1000 dokter spesialis jantung. Jika kita bandingkan saja dengan jumlah penderita sakit jantung sekitar 20 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 225 juta, maka jumlah dokter jantung kita masih kurang secara nasional,” ungkapnya.
Idealnya, kata Afif, setiap 1 dokter spesialis jantung menangani 2.500 pasien. Namun, sampai 2020 saja, jumlah dokter spesialis jantung di Indonesia mau ditargetkan sebanyak 1.000 dokter. “Jadi, jika ada 20 persen penderita jantung dari 225 juta penduduk, berarti ada 45 juta orang penderita jantung di Indonesia. Sampai 2020 saja, satu dokter jantung masih menangani 45.000 orang,” terangnya.
Maka untuk itu, lanjutnya, pemerintah saat ini sedang berencana membuka lagi sentra pendidikan jantung di Riau dan Aceh yang bertujuan menambah dokter ahli jantung. “Saat ini sentra pendidikan masih ada di Jakarta, Surabaya, Medan, Padang, Bandung, Semarang, Malang, Denpasar, Makassar, Manado dan Yogyakarta,” imbuhnya.
Melihat masih kurangnya tenaga dokter ahli jantung di Indonesia, maka Prof. Afif dan Prof. Sutomo Kasiman tidak henti-hentinya selalu mengingatkan masyarakat untuk menjauhi faktor resiko seperti tidak merokok, darah tinggi, kolestrol, dan kegemukan.
“Kalau sakit jantung bawaan lahir tidak bisa dicegah, tapi bisa menjaga ibunya itu sehat sehingga tidak melahirkan bayi congenital atau kelainan bawaan lahir. Sedangkan, orang dewasa cukup menjaga pola hidup sehat agar jantung sehat. Kalau ini tetap dijaga, kami dokter spesialis atau ahli jantung akan senang, meskipun kami tidak ada lagi pasien yang sakit jantung. Kami senang karena angka kematiannya bisa ditekan,” demikian Sutomo Kasiman. Mursal AI

Wednesday, March 14, 2012

Analisis Orang Awam


Hebohnya Mencari Orang yang Tepat Menduduki Sumut 1

SATU persatu, nama-nama calon gubernur Sumut periode 2013 – 2018 mulai mencuat. Bahkan, lembaga survei ‘jadi-jadian’ pun mulai bermunculan jelang pilkada ini. Entah benar entah tidak mereka melakukan survei, tapi yang pastinya mereka mengaku professional dan mengklaim independen.
Saat ini, bukan jadi rahasia umum lagi, jika sudah ada bakal calon Gubsu yang curi start untuk berkampanye dan mulai gencar-gencarnya turun ke masyarakat. Fakir miskin pun tiba-tiba mulai diperhatikan dan menjadi sasaran untuk menyalurkan bantuan. Sejumlah bakti sosial atau program yang menyentuh masyarakat menengah ke bawah pun dilakukan. Jangan-jangan, dukun pun mulai kebanjiran job saat ini.
Para tokoh agama, pendidikan, ormas dan OKP pun juga mulai latah memperbincangkan sosok orang yang pantas dan layak menjadi gubernur ini. Hasilnya, muncul sejumlah kriteria ‘pemimpin yang baik’ menurut mereka. Intinya, semua pada heboh mencari orang yang tepat menduduki Sumut 1.
Apapun yang dilakukan para calon, lembaga survei dan para tokoh-tokoh ini, semua diserahkan kepada masyarakat. Masyarakatlah yang menjadi penentu siapa yang berhak menjadi orang nomor satu di Sumut.
Namun ironisnya, kecenderungan penilaian masyarakat di seluruh Indonesia terhadap calon-calon yang selama ini terpilih masih berdasarkan uang. Akibatnya, banyak mereka yang terpilih dan menjadi kepala daerah di seluruh kab/kota se Indonesia saat ini belum tentu yang terbaik sesuai yang diharapkan masyarakat.
Inilah seharusnya yang dipikirkan para tokoh masyarakat, agama dan pendidikan itu. Yakni, merubah pemikiran masyarakat agar masyarakat yang kita cintai ini tidak lagi memilih pemimpin berdasarkan uang, tapi memilih pemimpin berdasarkan iman dan taqwa kepada Tuhan serta sikap dan perilakunya.

Memang tidak mudah mendidik masyarakat kita untuk berpolitik dengan benar ditengah kemiskinan yang mereka rasakan. Makanya, masyarakat kita kecenderungan siap menerima ‘serangan fajar’. Enggak terpikirkan lagi oleh mereka, siapa yang pantas dan layak menjadi gubernur. Yang terpikirkan mereka hanyalah cara memberi makan anak-anaknya esok hari. Akibatnya, pemikiran pragmatis dengan menerima uang untuk memilih salah satu calon pun terpaksa dilakukan.
Inilah tugas kita bersama,  memberikan pendidikan politik kepada masyarakat menengah ke bawah untuk menyiapkan mental mereka pada pemilu nanti. Memang sih banyak yang orang demonstrasi dan berteriak 'No Money Politics' saat jelang pilkada. Tapi, apa bisa dipastikan mereka yang berdemo itu anti politik uang? (Hanya Tuhan yang tahu)
Untuk itu, perlu kita ingat, kecenderungan para calon kepala daerah yang sudah mengeluarkan modal besar pada saat pemilihan, akan berusaha untuk membalikkan modalnya terlebih dulu dengan beragam cara. Makanya tak heran, saat ini gubernur, walikota dan sebagainya yang katanya pilihan rakyat itu banyak mendekam di penjara. Mudah-mudahan tidak ada lagi kepala daerah dan anggota dewan di Sumut menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Amin







Monday, March 12, 2012

BAYI Kembar Siam Dan Cacat


Bayi-Bayi Tidak Normal Selama Tahun 2009 Di RSUP H. Adam Malik Medan

BAYI-bayi yang terlahir dengan cacat fisik dan kembar siam selalu menjadi sorotan. Berdasarkan catatan Waspada 2009 lalu, ada empat bayi abnormal dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. Belum diketahui pasti penyebab anak-anak yang terlahir dengan cacat fisik dan kembar siam ini, namun diyakini faktor gizi saat hamil menjadi pemicu utamanya. 
 Berawal dari tanggal 16 Januari 2009, RSUP HAM kedatangan bayi kembar siam dempet dada dan perut  (toraco abdominofagus) asal Medan. Bayi tersebut diberi nama Asni I dan Asni II. Bayi kembar ini merupakan putri pasangan Irwan dan Asni yang lahir melalui operasi caesar di RS Permata Bunda pada tanggal 15 Januari 2009. Namun, Sebelum dilakukan operasi pemisahan, bayi tersebut akhirnya meninggal pada hari Minggu (25/1) akibat kelainan jantung bawaan.





 18 Februari 2009 masuk lagi bayi banyak kelainan atau multiple congenital anomali. Bayi ini memiliki kelainan antara lain, bibir sumbing (Bilateral cleft lip/ labioschizis), jantungnya berada dikanan (dekstrokardia), kepalanya lebih kecil dari bayi normal (microcephalus), tanpa tulang hidung (atresia coana), tanpa mata kanan (an ocktarnia dekstra), dan kelaminnya tidak jelas (Ambigus gennetalia). Bayi ini malang ini adalah pasangan Jamil dan Risnawati, 34 warga Helvetia Medan. Bayi ini lahir pada hari Rabu, 18 Februari di Klinik Bandung Jl. Gatot Subroto Medan. Akibat gagal nafas, bayi tersebut akhirnya meninggal pada Minggu, 22 Februari.

 Dan pada hari Selasa (15/4) kemarin rumah sakit pemerintah ini menerima bayi berkaki empat dan bertangan empat asal Teluk Binjai Kec. Kualuh Kab. Labuhan Batu. Bayi ini adalah anak petani pasangan Husnul Marpaung, 46, dan Asnizar, 42. bayi ini diberi nama Rizki Sabila dan Rizka Sabila. Sampai saat ini kondisi bayi masih stabil. Pada sekitar perut bayi ini terdapat benjolan sebesar gumpalan tangan orang dewasa. Dan, di bagian selangkangan pahanya tumbuh 2 tangan dan 2 kaki lagi. Alhamdulillah, bayi ini sekarang berumur 2,5 tahun, dan tim dokter berhasil mengoperasi pengangkatan kaki dan tangan parasitnya. Kini dia sehat dan tumbuh menjadi gadis, hanya saja bentuk vaginanya masih belum dioperasi plastik. Mursal AI

Friday, March 9, 2012

Sosial


7.537 Warga Miskin Rentan Pernikahan Dini

MEDAN (Waspada): Dari 49.049 jiwa keluarga prasejahtera (warga miskin) di Medan, sekitar 7.537 di antaranya masuk dalam kelompok usia 16 sampai 21 tahun. Dalam lingkungan keluarga prasejahtera, kelompok umur ini dinilai sangat rentan melakukan pernikahan usia dini.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya pernikahan di usia muda pada keluarga prasejahtera ini. Mulai faktor pendidikan, ekonomi, lingkungan, serta adat istiadat yang dilakukan keluarga.
“Rendahnya tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pola pikir dalam memahami hakekat dan tujuan perkawinan. Selain itu, faktor ekonomi dan lingkungan tempat tinggal mereka juga bisa mempengaruhinya,” kata Kepala Bidang Advokasi Pergerakan dan Informasi (Adpin) BkkbN Sumut Anthony, S.Sos, Kamis (8/3).
Menurut Anthony, perkawinan usia muda bisa terjadi akibat pergaulan di lingkungan, adat istiadat yang memiliki kebiasaan menikahkan anak wanitanya serta masih adanya persepsi di masyarakat tentang usia perkawinan.
Kalau menurut BkkbN, idealnya perempuan menikah pada usia 20 tahun dan pria di usia 25 tahun. Pada usia ini, secara fisik dan mental sudah siap untuk menikah dan kesehatan reproduksinya sudah matang untuk berumah tangga," tambahnya.
            Banyak dampak negatif yang terjadi akibat nikah muda ini. Diantaranya mendatangkan masalah kependudukan di tahun mendatang. Sebab, semakin muda usia seorang wanita saat menikah pertama, maka masa reproduksi mereka akan lebih panjang. “Berarti, mereka berpotensi melahirkan anak lebih banyak. Ini jelas sangat berbahaya,” tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, nikah pada usia muda juga akan meningkatkan kasus perceraian, munculnya bayi gizi buruk, bertambahnya kemiskinan dan lainnya. Dalam hal ini, kata Anthony, BkkbN terus berupaya melakukan sosialisasi dan memberikan informasi kepada remaja tentang dampak nikah muda serta persiapan kehidupan yang ideal.
“Terbentuknya Pusat Informasi Konseling (PIK) remaja dapat memberi pengetahuan tentang kesehatan reproduksinya,” kata Anthony.
Direktur Konsultan Psikologi Persona Dra. Irna Minauli, M.Si berpendapat, secara statistik, mereka yang banyak melakukan pernikahan dini berasal dari kelompok sosial ekonomi bawah dan pendidikan rendah.
“Mereka tidak sempat melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi. Itulah sebabnya mereka kemudian mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik karena kurang keterampilan. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan ekonomi,” tuturnya.
Menurutnya, mereka yang menikah pada usia muda juga dinilai tidak memiliki kematangan secara emosional. “Orang yang dinyatakan matang secara emosional jika dia mampu menunda pemuasan dorongan, tidak hanya berorientasi pada diri sendiri, mempunyai kendali emosi yang baik. Mereka yang tidak matang secara emosional ini cenderung lebih mengedepankan dorongan dan kurang mampu menunda kesenangan,” jelasnya.
Dia menambahkan, mereka yang menikah muda sangat rentan mengalami perceraian. “Mereka beranggapan perkawinan itu sebagai suatu romantisme tanpa ujung. Padahal, ketika masa bulan madu berakhir, maka mereka mulai dihadapkan pada banyak masalah kehidupan. Mereka yang nikah muda kurang mampu berkomitmen dan sekedar bersenang-senang saja. Hal inilah yang membuat mereka rentan terhadap pernikahan,” ungkapnya.
Pernikahan membutuhkan komitmen untuk mempertahankan perkawinannya dan bersikap setia pada pasangannya. “Memiliki komitmen seperti itu merupakan unsur penting dalam perkawinan. Dengan komitmen ini pula, mereka mengembangkan tanggungjawab terhadap keluarga dan anak-anaknya,” demikian Irna. (h02)

Kesehatan


70 – 80 Persen Warga Medan
Mengalami Kerusakan Gigi

MEDAN (Waspada): Dalam kurun waktu Januari dan Februari 2012, tercatat sebanyak 1.580 pasien mendatangi Poliklinik Gigi RSU Dr. Pirngadi Medan dengan keluhan sakit gigi. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Medan memperkirakan, diperkirakan 70 sampai 80 persen dari jumlah penduduk Medan mengalami kerusakan gigi.

Menurut PDGI, kerusakan gigi ini paling banyak dialami warga Medan Utara. Selain disebabkan rendahnya tingkat kesadaran dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara memelihara kesehatan  gigi, faktor air dengan zat keasaman tinggi menjadi penyebab rusaknya gigi.
"Di Medan Utara paling banyak warga yang mengalami kerusakan gigi. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi. Mungkin juga ada faktor air dengan zat keasaman yang tinggi di kawasan Medan Utara ini," kata Ketua PDGI Cabang Medan drg. Iskandar Muda Siregar didampingi Wakil Ketua PDGI drg. Christian Andri Syahputra, Selasa (6/3).
Iskandar menjelaskan, faktor makanan yang dikonsumsi seperti makanan siap saji, mudah menempel pada gigi dan terlalu manis juga menjadi penyebab kerusakan pada gigi. Sisa makanan yang menempel pada gigi akan mengalami proses fermentasi. Bakteri yang tinggal di dalam mulut akan mencerna sisa makanan itu dan mengubahnya menjadi zat asam. Lama-kelamaan, zat asam itu akan mengikis lapisan lembut email pada gigi dan menimbulkan lubang pada gigi.
Umumnya, lanjut Iskandar, anak-anak maupun orang dewasa baru memeriksakan giginya ketika sudah mengalami gejala rasa sakit. Seharusnya, pemeriksaan kesehatan gigi dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali. “Jadi, jangan tunggu sakit atau tunggu berlubang,” tambahnya.
Dia mengakui pemahaman masyarakat soal memelihara kesehatan gigi masih rendah. "Banyak orang yang menyikat gigi sebelum sarapan. Seharusnya, sikat gigi dilakukan setelah sarapan. Jika, sikat gigi dulu baru sarapan, maka sisa makanan akan kembali menempel," jelasnya.
Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat juga dapat dinilai dari pengetahuan tentang gigi susu dan permanen. "Ada yang beranggapan gigi geraham yang tumbuh pada usia enam tahun itu, masih gigi susu dan bisa berganti. Padahal, gigi geraham yang tumbuh pada usia enam tahun itu, sudah permanen dan tidak bisa berganti lagi. Karenanya, anak-anak yang masih berusia tujuh tahun sudah banyak mengalami kerusakan pada gigi geraham,” ujarnya.
Karenanya, Iskandar mengingatkan masyarakat agar tidak menganggap enteng kerusakan pada gigi tersebut. Sebab, beberapa penyakit berbahaya seperti jantung, paru-paru, bayi lahir prematur serta lainnya bisa diawali dari masalah kebersihan gigi dan mulut.
“Kesehatan gigi juga berpengaruh terhadap janin yang dikandung ibu hamil. Karies gigi yang menjadi pintu masuk kuman akan menyebabkan terjadinya infeksi selaput ketuban. Akibatnya, ketuban pecah sebelum waktunya. Karena itu, seorang ibu hamil harus memeriksakan kesehatan giginya secara rutin,” kata Iskandar.
Sementara itu, Wakil Ketua PDGI drg. Christian Andri Syahputra menambahkan, guna meningkatkan kualitas pelayanan dokter gigi di Indonesia, PDGI Medan menyelenggarakan beragam seminar tentang perawatan gigi pada 27 Mei 2012 di Hotel JW Marriot, 30 Agustus – 1 September 2012 di Hotel JW Marriot dan 17 – 18 November 2012 di Hotel Santika Medan.
“Acara ini akan dihadiri 1.000 sampai 1.500 dokter gigi di Indonesia dan negara tetangga. Ini merupakan langkah kita untuk menjadi pusat pelayanan kesehatan gigi se Asia Tenggara,” katanya. (h02)