Kemiskinan Dan Ketidaktahuan Akar
Masalah Gangguan Kesehatan Bayi/Balita
KEMISKINAN dan ketidaktahuan selalu menjadi pemicu
utama munculnya gangguan-gangguan kesehatan pada bayi maupun balita. Beragam
jenis gangguan kesehatan tersebut, mulai dari usus terburai/keluar dari perut
atau disebut gastroschisis, gizi
buruk, hydrocephalus (kepala
membesar) hingga bocah tumor mata.
Selama penulis menyelusuri beberapa RS pemerintah (RSUP
H. Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi Medan) di Kota Medan, bocah-bocah kurang
beruntung dari segi ekonomi itulah yang banyak terbaring di bangsal. mereka
membutuhkan bantuan juga perhatian pemerintah dan orang-orang yang lebih
beruntung dari mereka.
Gastroschisis
Sepanjang 2012 saja, sedikitnya RSUP H. Adam Malik
Medan merawat 6 bayi gastroschisis. Belum
diketahui pasti penyebab kelainan ini, namun salah satu penyebabnya karena
infeksi akibat virus dan kelainan pembuluh darah serta asupan gizi si ibu saat
hamil, sehingga dinding perutnya tidak berkembang atau terbentuk di dalam
kandungan. Bayi-bayi ini seluruhnya meninggal sebelum dan sesudah diberikan
pelayanan.
Dokter selalu mengatakan, kalau bayi-bayi gastroschisis meninggal karena keadaan
umumnya buruk. Pada bayi yang ususnya keluar sangat mudah terpapar oleh udara
atau virus, sehingga usus tersebut rentan mengalami infeksi. “Saat dibawa ke
rumah sakit hendaknya dibungkus oleh kantong plastik yang steril. Intinya, jika
ditangani dengan benar maka bayi gastroschisis
bisa diselamatkan,” kata dokter spesialis bedah syaraf dr. Mahyono, Sp.B, Sp.BA
kepada penulis, bulan Februari kemarin.
Tumor Mata
Penyakit lainnya yang diderita adalah tumor mata.
Tumor mata itu banyak merenggut keceriaan anak-anak, bahkan masa depan
penderitanya. Akibat tumor mata ini juga, mereka harus kehilangan nyawanya
meski sudah menjalani kemoteraphy.
Penyakit tumor mata atau retinoblastoma merupakan
salah satu penyakit kanker pada mata yang
paling sering dijumpai pada anak dan pada umumnya menyerang anak-anak yang
berasal dari ekonomi menengah ke bawah.
“Banyak faktor pencetus munculnya kanker
retinoblastoma ini, diantara adanya faktor keturunan, faktor gizi saat hamil,
mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat berbahaya,” kata Salah satu Dokter
spesialis mata dr. Syaiful, Sp.M di Medan kepada penulis Februari kemarin.
Dokter tersebut menyarankan agar dilakukan skrining
mata pada anak untuk mendeteksi sedini mungkin sel-sel tumor tersebut. Skrining
atau pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir atau usia 6
bulan. “Gejala awal retinoblastoma antara lain, mata berkilau seperti mata
kucing. Jika tidak ditangani segera, sel kanker di dalam bola mata akan terus
tumbuh ke luar bola mata dan jaringan sekitarnya. Akibatnya mata tampak
menonjol,” imbuhnya.
Gizi Buruk
Penyakit yang juga santer didengar adalah gizi buruk.
Data di Dinas Kesehatan Sumut, sepanjang tahun 2011 lalu, sedikitnya 375 anak
mengalami gizi buruk di wilayah Sumut. Kasus gizi buruk yang tertinggi berada di
Nias. Badan tinggal tulang yang terbungkus
kulit, raut wajah seperti wajah orang tua menjadi ciri khas anak gizi
buruk ini.
Anehnya, masih banyak warga yang beranggapan gizi
buruk yang dialami anak-anaknya karena darahnya dihisap palasik (makhluk gaib
dari Minangkabau). Padahal, Ahli gizi dan nutrisi asal Medan Sairi M Saragih,
DCN, MKes kepada penulis pernah bercerita panjang lebar tentang gizi buruk ini.
Menurutnya, penyebab kurang gizi atau gizi buruk ada dua faktor, yakni
kemiskinan dan kurangnya pengetahuan seorang ibu terhadap gizi anaknya. Itulah
kenapa kemiskinan selalu berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
Kemiskinan dengan kesehatan, saling mempengaruhi.
Kemiskinan masih menjadi penyebab utama masalah kesehatan, karena kemiskinan
dapat mempengaruhi pola makan, sehingga kemiskinan menjadi pemicu menjadi anak
gizi buruk. “Kurang gizi atau gizi buruk yang diderita seseorang tentu
menimbulkan beragam penyakit, seperti infeksi pencernaan atau diare dan
penyakit infeksi lainnya,” kata Sairi.
Masyarakat yang masuk dalam kategori miskin akan
mempengaruhi pola makan sehat, asupan gizi yang masuk tentu tidak seimbang
dengan aktifitasnya yang dikerjakannya. Makanya sangat rentan dengan kurang
gizi atau gizi buruk.
Kepala Membesar
Penyakit yang terakhir yang disebabkan kemiskinan dan
ketidaktahuan yang sering dijumpai penulis di RS adalah hydrocephalus atau kepala membesar. Anak-anak dengan penyakit
hydrochepalus ini, pada awalnya sering mengalami demam tinggi atau step. Pada
banyak kasus, para orang tua baru membawa anaknya ke petugas medis setelah
lingkaran kepala anaknya tidak seperti bayi normal lainnya.
Jenis penyakit ini terjadi akibat gangguan aliran
cairan di dalam otak. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak
dan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital. Maka, penderita hydrocephalus ini tidak bisa berbicara dan hanya bisa
berbaring di tempat tidurnya.
Penanganan hydrocephalus ini meliputi operasi
pemasangan selang Ventriculo Peritoneal Shunt (VP Shunt)
dari kepala sampai rongga perut. Selang tersebut berfungsi untuk menyalurkan
cairan dari kepala ke rongga perut.
Sehingga, memperlancar aliran cairan yang berlebih dan mengurangi tekanan ke
otak.
Inilah sebagian kecil dampak dari kemiskinan dan
ketidaktahuan orang tua tadi. Akibat kemiskinan, para orang tua sepertinya
enggan membawa anaknya ke rumah sakit. Ditambah lagi rumitnya urusan birokrasi
dan administrasi di rumah sakit. Apalagi masih adanya dana-dana yang harus
dikeluarkan, karena tidak semua biaya ditanggung oleh pemilik kartu Jamkesmas
dan jamkesda.
Selain itu, akibat ketidaktahuan, bocah-bocah itu
seakan terlambat mendapat penanganan medis. Para orang tua lebih memilih
membawa anaknya berobat ke dukun daripada petugas medis atau dokter. Ini
berarti, Kemiskinan Dan Ketidaktahuan Akar Masalah Gangguan Kesehatan
Bayi/Balita. Mursal AI