Menanti Gebrakan Cardiac Center RSUP HAM
HAMPIR setiap harinya, ratusan pasien dengan keluhan
sakit jantung mendatangi unit rawat jalan RSUP H. Adam Malik Medan. Mereka yang
datang, kebanyakan mengalami sakit jantung koroner, penyakit yang diyakini akibat
pola hidup tidak sehat. Padahal semua tahu, tanpa jantung tidak akan ada
kehidupan.
Meski begitu, banyak dari kita yang tidak sayang
dengan jantung. Contohnya, sejak kemajuan teknologi perilaku kita banyak
berubah. Kemana saja, meski jarak tempuhnya dekat selalu saja menggunakan
sepedamotor. Padahal, dengan berjalan kaki bisa membuat jantung lebih sehat.
“Ditambah lagi saat ini banyak warga kita mengkonsumsi
makanan cepat saji dan banyak mengandung kolesterol, badan gemuk karena malas
berolahraga. Makanya tidak heran lagi jika sudah kita temukan penderita jantung
koroner di usia 31 tahun,” kata Kepala SMF Kardiologi RSUP HAM Prof. dr.
Abdullah Afif Siregar, Sp.A (K), Sp.JP kepada Waspada, Selasa (20/3), kemarin.
Tiap tahun, Prof. Afif meyakini jumlah masyarakat
penderita jantung koroner bertambah. Menurutnya, penyakit hipertensi dan
jantung menempati urutan pertama jumlah penderitanya dibandingkan penyakit
jenis lain. “Ibaratnya, jika ada 100 orang, maka 20 sampai 28 orang dipastikan menderita
sakit jantung koroner,” tegasnya.
Cardiac Center
Ini yang menjadi latarbelakang sejumlah dokter
spesialis jantung dan manajemen RSUP HAM merencanakan pembangunan gedung
Cardiac Center. Gedung itu nantinya memberikan pelayanan kepada penderita
jantung. Bahkan Cardiac Center ini, menjadi pusat rujukan untuk regional
Sumatera. Tentu saja, penderita jantung sangat menunggu gebrakan dari Cardiac
Center RSUP HAM tersebut.
“Melihat banyaknya kasus jantung inilah maka tahun
2009 kita rancang dan rencanakan untuk membangun Cardiac Center di RSUP HAM.
Alhamdulillah, rencana baik kita disetujui oleh pusat. Itu semua kita lakukan
demi untuk menjawab tuntutan dan kepentingan rakyat,” jelas Afif.
Afif menjelaskan, pada tahun 1994, RSUP HAM bekerjasama
dengan RS. Jantung Harapan Kita, sudah memberikan pelayanan terhadap penderita
jantung. Pada saat itu, sudah 50 pasien dilayani operasi jantung.
“Tahun 2002 sudah mulai terbentuk Departemen
Kardiologi dan SMF Kardiologi di RSUP HAM. Hingga tahun 2012 ini, dipastikan
gedung Cardiac Center ini sudah bisa memberikan pelayanan kepada penderita
jantung,” ungkapnya.
Sudah Selesai
Kini, gedung Cardiac Center tersebut sudah selesai.
Dalam gedung enam tingkat itu memiliki 103 ruang rawat inap VIP dan kelas,
ruang Intesive Care Unit (ICU), Cardiovaskuler Care Unit (CVCU) dan Unit
Gawat Darurat (UGD). Gedung itu juga memiliki laboratorium kateter sebanyak 3
kamar, elektrofisiologi 1 kamar dan
kamar operasi sebanyak 2 kamar.
“Tahun ini direncanakan akan beroperasi. Nantinya,
RSUP HAM menjadi pusat rujukan regional dan kita tetap bekerjasama dengan RS.
Jantung Harapan Kita Jakarta. Sebab, kasus yang tingkat sulit, kita bisa datangi
tenaga medis mereka ke sini,” jelas Afif.
2.000 Pasien Jantung/tahun Ditangani
Sementara itu, dokter spesialis Jantung RSUP HAM Prof.
dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP (K) menuturkan, dokter ahli jantung RSUP HAM
sudah melayani ribuan penderita jantung di Sumut dengan cara memasang balon
tanpa operasi melalui pembuluh darah dibagian tangan maupun dibagian paha.
“Dan itu bisa langsung masuk ke pembuluh darah jantung,
sehingga pembuluh darah yang sudah menyempit tadi bisa kembali dilebarkan.
Kurang lebih ada 2000 pasien pertahunnya yang kita ambil tindakan pemasangan
balon. Kalau perharinya kira-kira 10 sampai 15 orang yang ditangani,” jelasnya.
Sedangkan tindakan untuk bedah jantung dan pasca bedah
jantung, lanjutnya, hanya dilakukan 2 hari dalam seminggu. “Kita memang batasi
2 hari saja dalam seminggu, sehingga perawatannya itu menjadi baik. Kita tidak
memborong, tetapi kita berhati-hati agar hasilnya itu sempurna,” imbuhnya.
Namun, katanya, dengan adanya Gedung Cardiac Center
ini, 21 dokter ahli bedah jantung dan ahli jantung di RSUP HAM bisa mengambil
tindakan lebih banyak lagi untuk melakukan tindakan operasi bedah jantung,
pasca bedah dan sebagainya.
“Kita akan menggunakan gedung Cardiac Center ini,
sehingga akan melakukan lebih banyak lagi
tindakan operasi sampai 5 hari dalam seminggu,” ungkapnya sembari mengatakan,
Departemen Kardiologi FK Universitas Indonesia mengakreditasi dan mengakui
Departemen Kardiologi FK USU – RSUP HAM nomor dua di Indonesia.
Terkait jumlah penderita jantung di Sumut yang berobat
keluar negeri, Sutomo Kasiman tidak mengetahuinya secara pasti. Tapi,
lanjutnya, kami kepingin mengklaim bahwa RSUP HAM menjadi pusat pelayanan
jantung untuk wilayah Barat Indonesia. “Pasien Jamkesmas dilayani di Cardiac
Center ini,” katanya.
Agustus 2012 Beroperasi
Sementara itu, Direktur Utama RSUP HAM dr. Azwan Hakmi
Lubis, Sp.A menuturkan, gedung Cardiac Center direncanakan akan dioperasikan
Agustus 2012 ini. Sebelumnya, gedung ini belum dapat difungsikan karena Mecanical Electrical dan alat kesehatan
bantuan Korea belum terealisasi.
“Namun, Alhamdulillah setelah penandatanganan kontrak
Kamis (22/3) kemarin dilakukan, maka akan terealisasi. Pengoperasiannya gedung
ini ditandai dengan masuknya alat-alat kesehatan yang didatangkan dari Korea,”
katanya.
Menurutnya,
dengan masuknya alat-alat kesehatan dari Korea ini, sudah memenuhi kebutuhan
Cardiac Center untuk beroperasi. Pemerintah pusat juga sudah menetapkan RSUP. H
Adam Malik Medan sebagai pusat regional wilayah Barat untuk pelayanan penyakit
jantung.
“Sesuai dengan visi, kita akan
meningkatkan mutu pelayanan. Rencananya, akan kita buka Agustus dan kita
harapkan seluruh alat-alat kesehatan itu sudah masuk ke RSUP HAM tahun ini.
Kita berharap, pasien jantung tidak lagi kemana-mana, karena kita sudah
sediakan pelayanannya disini,” ujarnya.
Jumlah Dokter Spesialis Jantung Kurang
Diyakini, jumlah penderita jantung terus bertambah
tiap tahunnya. Namun ironisnya, jumlah penderita tidak seimbang dengan jumlah
dokter ahli jantung yang ada di Indonesia. Kepala SMF Kardiologi RSUP HAM Prof.
dr. Abdullah Afif Siregar, Sp.A (K), Sp.JP kembali menerangkan, secara nasional
jumlah dokter spesialis jantung sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah
penderitanya.
“Kalau enggak salah saya, saat ini kita ada 400 dokter
spesialis jantung di Indonesia. Sampai 2020 nanti mau ditingkatkan jumlahnya
menjadi 1000 dokter spesialis jantung. Jika kita bandingkan saja dengan jumlah
penderita sakit jantung sekitar 20 persen dari jumlah penduduk yang mencapai
225 juta, maka jumlah dokter jantung kita masih kurang secara nasional,” ungkapnya.
Idealnya, kata Afif, setiap 1 dokter spesialis jantung
menangani 2.500 pasien. Namun, sampai 2020 saja, jumlah dokter spesialis
jantung di Indonesia mau ditargetkan sebanyak 1.000 dokter. “Jadi, jika ada 20
persen penderita jantung dari 225 juta penduduk, berarti ada 45 juta orang
penderita jantung di Indonesia. Sampai 2020 saja, satu dokter jantung masih
menangani 45.000 orang,” terangnya.
Maka untuk itu, lanjutnya, pemerintah saat ini sedang
berencana membuka lagi sentra pendidikan jantung di Riau dan Aceh yang
bertujuan menambah dokter ahli jantung. “Saat ini sentra pendidikan masih ada
di Jakarta, Surabaya, Medan, Padang, Bandung, Semarang, Malang, Denpasar,
Makassar, Manado dan Yogyakarta,” imbuhnya.
Melihat masih kurangnya tenaga dokter
ahli jantung di Indonesia, maka Prof. Afif dan Prof. Sutomo Kasiman tidak
henti-hentinya selalu mengingatkan masyarakat untuk menjauhi faktor resiko
seperti tidak merokok, darah tinggi, kolestrol, dan kegemukan.
“Kalau sakit jantung bawaan lahir tidak
bisa dicegah, tapi bisa menjaga ibunya itu sehat sehingga tidak melahirkan bayi
congenital atau kelainan bawaan
lahir. Sedangkan, orang dewasa cukup menjaga pola hidup sehat agar jantung
sehat. Kalau ini tetap dijaga, kami dokter spesialis atau ahli jantung akan
senang, meskipun kami tidak ada lagi pasien yang sakit jantung. Kami senang
karena angka kematiannya bisa ditekan,” demikian Sutomo Kasiman. Mursal
AI